Kumbang, gadis 20 tahun yg diberi nama asal-asalan oleh orangtuanya
dengan dalih
"Aku tak mau memberatkan arti nama bagi
bayiku, terserah sajalah jika nama adalah doa, karena aku tak tau cara berdoa
hingga setua ini. Dia perempuan dan namanya Kumbang. lalu?."
Kumbang juga tak pernah mempermasalahkan namanya karena sedari awal
ibunya sudah memutus segala obrolan mengenai nama. Menurut ibunya, tak perlulah
kita menjelaskan panjang lebar menganai suatu
hal yang sulit diterima masyarakat kolot, cukup beberapa kalimat yang
ingin mereka dengar saja dan masalah beres. Sisanya mungkin hanya cacian atau rasan-rasan beberapa minggu lalu kau dilupakan, jadi tidak usah
buang-buang waktu dan tenaga.
"Kau
perempuan dan kunamai Kumbang. Agar bingung orang-orang.”
***
Kumbang baru-baru ini dikeluarkan secara paksa dari rumah nyaman
berbentuk hati seukuran Gelora Bung Karno. Orangtuanya tidak mau ia
nyaman dan terlena di satu tempat.
“Keluarlah, agar kau tau dunia.”
Berbekal sebuah mirrorless, kumbang dilepaskan di hamparan
sawah tanpa sekat.
Awalnya
dia berpikir rumahnya adalah hal paling besar, ternyata ada sesuatu yg
lebih besar daripada itu. Semua mata melihat pada kumbang, mulut-mulut
penuh asumsi berbicara sana sini, tak berani klarifikasi, hanya
justifikasi. Kumbang acuh sama sekali.
Kumbang adalah orang paling datar dan tak berperasaan, karena setelah
pengusiran paksa itu, Kumbang mengambil jantungnya dan di pecah menjadi tujuh
dalam Horcrux yang dibuat dengan kematian. Kumbang merasa
mengetahui banyak hal tapi nyatanya ia tak pernah tau tujuan. Dia tak bernyawa dan
kesepian. Kematiannya, ia serahkan pada orang lain yang dapat
menghancurkan ketujuh Horcrux-nya. Orang itu adalah hal yang
paling tidak diketahui Kumbang.
***
Suatu siang, di sebuah warung tahu lontong, Kumbang bertemu dengan Babi
Tuli.
Lalu
mereka bercakap-cakap, Babi memulai. Sebelumnya, ini adalah kesempatan langkah
bagi si Babi karena dapat berbicara dengan Kumbang, maka si Babi Tuli
menyodorkan es teh kelapa untuk Kumbang sebagai salam perkenalan.
"Hallo Mbang, Kumbang". Seperti biasa, Kumbang acuh, tetap
fokus pada makananya.
"Aku Babi, Mbang. Lengkapnya, Babi Tuli". Si Babi
mendekat, sangat dekat dengan telinga Kumbang. Kumbang begidik geli dan
tersedak.
"Uhuukk."
Si Babi cepat-cepat memberi Kumbang minum. Setelah melihat Kumbang
membaik, Babi langsung memulai obrolan. Babi menarik tangan Kumbang, menatap
matanya dalam-dalam dan kejadian ini cukup membuat Kumbang jijik serta
begidik.
"Mbang, tatap aku. Aku serius pengen bicara sama kamu. Aku butuh
kamu yang terkenal dimana-mana ini untuk memberiku nasihat. Aku nggak pernah
dengerin orang ngomong, tapi buat kamu, aku buka kedua telingaku
lebar-lebar". Kumbang menimbang, sementara muka Babi semakin menjijikan.
"Aku dapet apa?." Kumbang tidak mau membuang waktu cuma-cuma,
ia harus mendapat sesuatu.
"Dapet info orang yang kamu cari". Jawab Babi dengan bangga.
"Aku nggak nyari siapa-siapa." Tegas Kumbang, datar.
"Kamu nyari penghancur Horcrux-mu."
Kumbang terdiam, berpikir, apa iya? Tetapi terlepas
dari iya tidaknya, penawaran si Babi cukup menggiurkan.
"Setuju, Bi. Jadi, mau bahas apa?."
"Cinta, Mbang."
Sial!. Kumbang memaki dalam hati. Cinta, adalah bahasan paling tidak disukai
Kumbang.
"Kenapa harus cinta? Kenapa
dengan cinta?."
"Karena itu yang semua orang dan
aku pengen tau dari kamu, Mbang. Kamu tak berjiwa apa masih merasakan cinta. Lagian
cinta itu pembahasan yang penting nggak sih Mbang?"
Kumbang menghela napas singkat, dan mengangkat pundak seolah
berkata entah.
"Oke Mbang, intinya cinta menurutmu apa?"
"Cinta ya sesuatu yang kamu rasa pas jatuh cinta."
"Rasa seneng, rasa deg-degan pas ketemu dia, rasa nggak mau
kehilangan, rasa bahwa dia satu-satunya, gitu?."
"Rasa apapun Bi, terserah pokoknya pas kamu jatuh cinta, ya itu
cinta."
"Tapi apa yang aku rasain ke pacar pertama aku sama pacar kedua aku
kok beda ya, kayanya aku salah deh nganggep bahwa itu cinta ke pacar pertama,
kayanya aku cintanya ke pacar kedua."
"Hell, terserah deh Bi."
"Loh jangan gitu Mbang, jadi gimana? itu yang aku rasa ke pacar
pertamaku bukan cinta kan?."
"Dulu sempet bahagia nggak sama pacar pertama?."
"Iya."
"Yaudah itu cinta. Cinta tuh absurd Bi, karena punya banyak bentuk,
punya banyak makna dan tiap orang beda. Gabisa juga kamu bilang ini cinta lalu
setelahnya bilang ini bukan cinta karena persepsimu tentang cinta berubah. Pada
saat itu, yang kamu rasa ya cinta, setelahnya gausa diperdebatin lagi atau di
ralat semacam aku salah, ternyata itu bukan cinta. Kenapa
harus terkotak-kotak, terhalang definisi, terhalang makna?.” Babi sedikit
tercengang, Kumbang tidak lagi datar, emosinya sedikit meluap.
"Sori, Bi." Kumbang kembali datar dan meminum esnya.
"Gapapa, Mbang. Minum aja dulu hehehe."
"Bi, Makna semakin bias, manusia suka memaknai semuanya sesuai
idealnya dia, susuai pencapaiannya. Itu wajar. Dan soal cinta, nggak ada yang
namanya titik kepuasan kecuali ketidakpuasan itu sendiri. Itu berlaku juga buat
cinta sejati yang nggak berujung sampai kamu menyerah dan ikhlas."
Setelah itu, terjadi keheningan singkat, Babi Tuli dapat menerima pendapat
Kumbang tanpa elakan. Babi setuju sepenuhnya. Bahwa tak adil menyebutnya "bukan cinta, salah orang" setelah
lama berbahagia dengannya dan menemukan sosok yang baru, atau sosok lain yang
diidamkan. Yang harus dilakukan adalah menerimanya, ikhlas.
"Thanks ya, Mbang."
"Ya."
"Seseorang yang kamu cari itu, tinggal pada dunia buku yang ia
baca."
"Itu dimana?."
"Tidak ada yang tau, dia selalu berpindah ketika bacaannya
ganti."
“Berarti
semua orang juga tinggal di buku bacaannya dong Bi.” Jawab kumbang kesal.
“Beda
Mbang, dia bukan orang-orang kebanyakan. Dia sang Alkemis.”
“Alkemis?
Gimana kita bisa tau kalo dia alkemis?.”
“Alkemis
cuma ada sedikit banget di dunia, Mbang.”
“Aku
harus mulai darimana nyarinya?.”
“Dari
tempat yang harapannya hampir punah dan orang-orangnya putus asa.”
Kumbang menerawang jauh. Sesuatu dalam dirinya terasa aneh, sangat
hidup. Kumbang akhirnya menemukan sebuah tujuan. Dia harus mencari sang alkemis
dan mati ditangannya.
***