Tuesday 31 August 2021

Limbah B3 & Medis yang di-Acuh Tidak Acuh-kan

    Seringnya tidak begitu mengindahkan limbah B3 & Medis dalam rumah tangga, karena jumlahnya tidak sampai menarik perhatian. Namun selama pandemi, limbah ini mencuri perhatian banyak pihak, termasuk saya sebagai ibu rumah tangga. Saya sedang belajar perihal limbah ini, jadi mari belajar bersama :D

https://www.mongabay.co.id/2020/09/23/meninjau-aturan-dan-pengelolaan-limbah-infeksius-dan-sampah-rumah-tangga-era-covid-19/


1. Apa Itu Limbah B3 & Medis?
    Sederhananya, limbah B3 & medis ini adalah limbah-limbah hasil dari bahan berbahaya dan beracun yang banyak dihasilkan oleh rumah sakit dan teman-temannya. Tak luput juga dihasilkan oleh rumah tangga dalam skala yang lebih kecil. Mari kita pelajari contoh-contoh limbah ini;

2. Contoh Limbah B3 & Medis







Diolah dari berbagai sumber.

3. Tips Mengelola Limbah B3 & Medis


Diolah dari berbagai sumber.

Sedangkan, jika ingin mengelolanya secara mandiri, kita bisa melihat beberapa gambar di bawah ini;

https://www.unicef.org

    Baik, semoga rangkuman dalam blog ini dapat memberi motivasi untuk pembaca agar menjadi lebih acuh lagi terhadap limbah ini :D

#games7bzw #belajarzerowaste #kelasbelajarzerowaste2021 #kelasbzw2021 #bzwbatch9 






















Share:

Tuesday 17 August 2021

Mengompos itu Mudah! Yang Susah itu Ekspektasi :')

    Tentang suatu hari yang menjadi pemantik proses saya mengompos hari ini. Diawali dari pernyataan dan pertanyaan Ibu Oeliv yang sederhana, "Filosofi kita hidup dari tanah itu artinya hidup kita tergantung dari tanah. Andaikan nggak ada tanah, kita hidup nggak?."

Arsip foto Beranda Hijau: Mulai menanam.

    Pertanyaan di atas adalah pembuka diskusi perihal apa bentuk rasa terima kasih kita pada tanah yang selama ini begitu baik memberi kehidupan dan menerima kembali setelah kematian kita?. Bahkan dalam hal penjagaan, setelah kita mati pun, tanah menjaga generasi kita yang hidup. Memberi sandang, pangan, papan, dan jaminan kematian. 

    Kami diberi gambaran perihal sikap acuh kebanyakan manusia yang berpikir, "Seng penting saiki uripku penak" dan mengabaikan makhluk lain, akan berdampak pada kerusakan-kerusakan. Beberapa fakta tentang kerusakan yang berdampak besar dibeberkan. Kami diajak berpikir logis dalam pencegahan kerusakan yang semakin parah, dimulai dari 'memperlakukan tanah dengan baik'. Salah satunya dengan cara, mengompos:

1. Kearifan Lokal Indonesia, Juglangan

    Dimulai dengan yang paling mudah, diajarkan turun-temurun oleh nenek moyang kita, juglangan. Konsep mengompos dengan membuat lubang pada lahan terbuka (biasanya di belakang rumah), untuk mengubur sisa konsumsi. Mungkin nenek moyang kita pada zamannya dulu benar-benar murni mengubur sisa konsumsi organik. Namun fenomena yang saya dapati, juglangan jadi multi fungsi sebagai tempat segala sisa konsumsi yang juga dibakar

Arsip pribadi: Juglangan di Perumahan Karangploso View

    Gambar di atas adalah juglangan yang saya tau difungsikan khusus untuk organik, tak boleh selain itu. Menjadi fasilitas warga yang membantu para ibu mengelola sisa konsumsinya dengan bijak. Juga merupakan ladang pahala karena telah menyuburkan tanah sekitar dan menggemukkan para cacing beserta teman-temannya. Sebuah pendekatan paling halus dan mudah untuk mengajak para pengendali dapur rumah tangga untuk mengompos.

    Sejauh apa yang saya tau dan saya alami, jika juglangan murni berisi sisa konsumsi organik, ia memiliki waktu yang cukup lama hingga penuh dan akhirnya dikubur. Karana sisa konsumsi organik dalam jangka tertentu akan terurai menjadi tanah. Beda cerita jika isinya bercampur plastik, ia bisa menjadi sebuah gundukan besar. Akan hilang jika dibakar, tapi kita semua tau dampaknya, kan?.

2. Konsep Kuburan, Ideal Bagi Pasangan Muda 

    Konsep ini menurut saya adalah bentuk mini dan praktis dari juglangan, terutama bagi pasangan muda yang tidak banyak menghasilkan sisa konsumsi organik seperti keluarga kecil saya. Kami hanya tinggal berdua dan memiliki lahan kecil di dekat dapur. Sisa konsumsi organik dalam bentuk sisa sayur matang dan tulang-belulang kami kubur setiap 3 hari sekali di lahan kecil itu. 

Arsip pribadi: Kuburan para organik, agar menyatu menajdi tanah.

    Kenapa 3 hari? Pertama, karena jumlah ideal menurut pengalam kami saat mengubur adalah rentang waktu tersebut, sehingga tidak terlalu sedikit dan tidak perlu mengeluarkan effort berlebih dalam mengubur. Kebiasaan hampir seluruh manusia, suka yang praktis. Kedua, jika lebih dari 3 hari baunya akan menyengat dan mengundang binatang yang tidak diinginkan.

3. Komposter, Beda Motif, Tapi Kami Naik Level

    (A) Suami - Komposter Anaerob

    Suami saya memulai ekperimen komposter lebih dulu, ia memilih komposter anaerob karena tertarik memanen POC-nya. Ia mempelajarinya di internet, desainnya sedikit dimodifikasi dari desain pada gambar di bawah. 

Arsip foto: http://puskesmaskledung.temanggungkab.go.id/

Arsip pribadi: Ia membuat komposter dengan menggunakan barang bekas sepenuhnya.

    Langkah yang ia lakukan setelah membuat komposter adalah mengisi komposter dengan daun kering dan basah, serta sisa organik buah yang diletakkan berlapis. Tidak ada sisa organik hewani sama sekali. Setelah itu diberi bioaktivator berupa cairan EM4 dan ditutup rapat. Udara masuk hanya melalui kain kasa pada 4 bagian paralon.
    
Arsip pribadi: Perlakuan harian yang mudah.

   
Arsip pribadi: Saatnya panen :D


Perlakuan harian:
Suami saya hanya perlu memasukkan sisa organik yang ada, setiap hari. Setelah POC-nya panen, ia menjadikan POC tersebut sebagai bioaktivatornya. 

Kelebihan dan Kekurangan:
   (+) Apakah berbau? Lebih tepatnya beraroma, cenderung wangi. Ini bisa jadi karena pengaruh jenis sisa organik yang dimasukkan. 
   (+) Tidak perlu diaduk dan cenderung praktis karena cemplang-cemplung.
   (-) dan (Solusi) Jika ingin POC lebih berkualitas, isian komposter bisa dipilah.

   (B) Istri - Komposter Aerob
     
    Seperti yang saya tulis pada pembukaan tulisan ini, bahwa motif saya mengompos hari ini adalah rasa bersalah kepada tanah dan makhluk lain. Melalui Mbak Elis, Allah titipkan ilmu dan praktik mengompos kepada saya. Waktu itu kami praktik membuat komposter aerob. Perihal kebutuhan alat dan bahan sudah disediakan oleh Mbak Irma kesayangan.

Arsip pribadi: Praktik membuat komposter aerob.

    Sekilas tentang prosesnya, dimulai dari membuat starter atau raginya, supaya komposnya jadi. Bahan yang dibutuhkan berupa; tanah (yang sudah dicampur dengan pupuk kandang), unsur coklat (sekam, serbuk gergaji, daun kering, ranting), unsur hijau (dedaunan atau rumput segar, kulit buah, buah busuk, sayur hijau, kulit telur), bio aktivator (air leri, EM4, air gula merah, air tempe, air tape, dan semua bahan yang mengalami proses fermentasi) yang ditumpuk berlapis. Selanjutnya setelah komposter dan stater jadi, kita tutup dan diamkan selama dua hari, baru setelah itu bisa digunakan. 

Arsip pribadi: Mengompos jadi life style.

Perlakuan harian:
    Harusnya rutin diaduk agar bagian bawah tercampur dengan yang baru. Harusnya rutin juga dipanen agar bermanfaat. Tapi saya jarang sekali melakukan kedua hal tersebut. Saya hanya cemplang-cemplung bahagia karena bisa mengola sisa konsumsi organik saya. Saya juga bahagia saat semut, maggot, dan lalat berkerumun di sekitar maupun di dalam komposter.

Kelebihan dan Kekurangan:
   (+) Komposter ini sangat praktis  
   (+) Tidak berbau, kalo yang saya pahami artinya komposnya matang
   (-)  Saya tidak memberi penadah di bawah komposter, sehingga cairannya keluar melalui lubang-                lubang. 
   (-) Sisa konsumsi saya lama sekali terurainnya, karena ada beberapa yang langsung saya cemplang-           cemplung tanpa dicacah.
(Solusi) Saya perlu menambahkan wadah penadah cairan, agar cairannya tidak terbuang sia-sia.
(Solusi) Saya harus lebih rajin mencacah sisa organik.

Arsip pribadi: Mengompos membuat kami lebih peduli pada kehidupan makhluk Allah yang lain.

    Kami belajar banyak hal dari proses mengompos. Sama seperti tulisan-tulisan sebelumnya, Belajar perihal sisa konsumsi kami maknai sebagai perjalanan mengenal diri. Mengompos dan hal lain bukanlah hal sulit, asal dikerjakan, tidak hanya jadi angan. 

#games5bzw #belajarzerowaste #kelasbelajarzerowaste2021 #kelasbzw2021 #bzwbatch9 

















Share:

Sunday 8 August 2021

Sekuat Apa Aku Mencegah (Sisa Konsumsi)?

Hasil evaluasi diri pada games sebelumnya menunjukkan sumber utama sumbangan sisa konsumsi saya adalah pada jajan di luar dan makanan pesan antar. Berkaca pada hasil tersebut, saya berusaha meminimalkan sampah yang terbuang sia-sia dengan cara berikut ini:

1. Membawa Wadah Makanan dan Minuman Sendiri

Diksi yang saya gunakan adalah ‘kami’ mulai sekarang, karena dalam hal ini Alhamdulillah suami saya sangat mendukung. Seringnya jika kami terlupa membawa wadah sendiri, kami putuskan makan di tempat. Jika tidak memungkinkan makan di tempat, terpaksa membeli dengan bungkusan :( Kami belum cukup kuat.

2. Membawa Tas Belanja Sendiri

Kami punya tas belanja cukup banyak, juga kresek yang terkumpul dari pola konsumsi. Kami menggunakannya cukup sering. Beberpa pedagang sangat terbuka dan menyambut niat kami membawa tas belanja sendiri. Beberapa merasa ribet jika harus mengikuti mau kami. Dalam hal membawa tas belanja sendiri, kami juga belum sepenuhnya kuat. Jadi masih dapat kresek dari para pedagang, terutama saat membeli makanan pesan-antar.

3. Upaya Tanam Sayur Mandiri

Suami mendukung ketahanan pangan mandiri, agar mengurangi aktivitas konsumsi. Karena kami masih tinggal berdua, sayuran depan rumah masih mencukupi kebutuhan kami. Namun, pola sedikit berubah ketika saya sudah jarang masak empat bulan terakhir. 

Jadi, sudah jelas ya seberapa kuat kami bisa mencegah hasil konsumsi kami? Tapi kami akan tetap berjalan, meski perlahan, agar dapat lebih kuat menahan.

#games3bzw #belajarzerowaste #kelasbelajarzerowaste2021 #kelasbzw2021 #bzwbatch9 



Share:

Trash Audit(!) but, Trust Yourself(?)

Trash Audit adalah games ke-2 dalam kelas #belajarzerowaste. Games yang membuat saya mendapat pesan pada malam (pengampunan) pengumpulan terakhir. Apakah games ini begitu menantang hingga pada malam terakhir-pun saya belum bisa menyetorkannya? Atau saya yang belum cukup percaya diri untuk menyelesaikannya?.

Okay, kita mulai dari pertanyaan “Apa trash audit itu?”.  Saya kutip dari materi Mas Aang Hudaya yang menjelaskan dengan cukup padat perihal ini. Bahwa trash audit itu adalah sebuah metode untuk menganalisis distribusi atau aliran sisa konsumsi di rumah. Tujaunnya jelas, untuk menemukan jenis dan jumlah limbah yang kita hasilkan dalam kurun waktu tertentu. Selanjutnya, “Mengapa itu penting?” Agar kita AWARE sama HASIL KONSUMSI yang sudah kita sumbang pada kerusakan bumi. 

Melakukan trash audit secara tertib dan disiplin akan sangat membantu kita dalam mengenali diri, melalui sisa hasil konsumsi. Hal yang berat dan menantang adalah perihal rasa percaya diri yang sedang saya alami. Membuat saya kurang percaya apakah akan berlaku jujur dan konsisten pada apa yang akan saya mulai dalam kelas ini. Saya tidak mau hanya berhenti pada games-games yang diberikan, sehingga membuat saya ingin melakukannya dengan sempurna. Tapi mindset itu justru membuat saya menghindar dan menunda games ini dengan meng-kambing-hitam-kan situasi dan kondisi.

Dari yang sudah tertulis di atas, akan terlihat hasil pengerjaan saya dalam games ini:

1. Data Seluruh Sisa Konsumsi (Seharusnya di-Timbang, di-Catat, dan di-Foto Selama Seminggu Berturut-Turut)

- Organik: 

Sisa konsumsi organik berupa kulit buah, kulit sayur, ampas teh, ampas kopi, kulit bawang, dan kulit telur masuk ke dalam komposter.

Sisa konsumsi organik berupa sisa nasi, sayur dan lauk kemarin, beserta tulang belulang masuk ke dalam juglangan RT atau di kubur di halaman belakang rumah.

- Anorganik:

Sisa konsumsi anorganik dipilah dan dibersihkan, setelah itu di setor ke Bank Sampah atau dimanfaatkan kemabali sebagai Alat Peraga Edukatif (APE) dan pot bunga.


- Residu: 

Sisa konsumsi residu masuk ke TPS.

2. Data Tipe/Jenis Sisa Konsumsi Terbanyak

- Organik: Kulit buah, kulit sayur, sisa nasi, dan sisa sayur.

- Anorganik: Botol minuman kemasan, kemasan snack, dan kemasan mie instan.

- Residu: Kertas minyak, struk belanja, dan tissue.


3. Catatan Muasal Sisa Konsumsi dari Aktivitas yang Dilakukan

Jajan di luar dan Makanan pesan-antar.

Aktivitas beli jajan di luar dan membeli makanan pesan antar meningkat terutama saat saya dalam keadaan hamil muda. Jajan di luar saat terlupa membawa kantung dan tempat makan/minum sendiri sangat membuat saya merasa bersalah. Sementara dalam kasus makanan pesan-antar, saya belum pernah mencoba untuk meminta penjual menggunakan wadah yang akan saya ganti, bukan yang sekali pakai. Sehingga dua sumber aktivitas tadi menambah sisa konsumsi tak terpakai pada rumah tangga saya. 

4. Hasil

Tujuan dari games ini adalah untuk mengetahui timbulan sisa konsumsi yang dihasilkan dan memetakan pola konsumsinya. Dengan syarat harus ditimbang, difoto, dan dicatat selama satu minggu berturut-turut. Kemudian dianalisis agar memberi pelajaran beserta solusi dari dampak yang dihasilkan pada pola konsumsi kita.  

Maka jika berbicara hasil, saya seharusnya gagal dalam games ini. Karena saya tidak menjalankan proses berupa praktik yang diminta selama satu minggu. 

Tapi, bagi saya hasilnya lebih dari laporan yang harus saya kirim untuk memenuhi tugas, melainkan kejujuran dan kesadaran saya pada  proses pribadi dan tahap selanjutnya setelah menulis ini. 

Semoga baik saya maupun pembaca, dimampukan beristiqomah dalam kebenaran yang baik. Amin.

Catatan: Foto di atas adalah dokumentasi pribadi sebelum mengikuti kelas zero waste, yang tidak terdeteksi berat dan lama waktu tertimbunnya. 

#games2bzw #belajarzerowaste #kelasbelajarzerowaste2021 #kelasbzw2021 #bzwbatch9 







Share: