Anderai kecil hanya tinggal dengan ibunya, tidak jelas kemana ayahnya pergi.
Ibu Anderai memiliki sebuah kotak, sangat indah, yang konon pengukirnya saja adalah yang terkenal pada zamannya.
Kotak itu sangat indah dan selalu membuat Anderai terbayang-bayang. Anderai penasaran setengah mati tentang isi di dalam kotak tersebut.
Namun ibu Anderai melarangnya membuka kotak tersebut.
Hampir tiap malam, setelah ibunya tidur, Anderai menyelinap ke dalam kamar ibunya untuk 'hanya sekedar melihat' kotak tersebut. Anderai sangat tergila-gila dan jatuh cinta pada kotak itu'.
Rasa penasarannya semakin memuncak ketika gurunya menjelaskan tentang sebuah kotak bernama Pandora.
Hingga suatu malam, Anderai nekat untuk menyelinap kembali ke dalam kamar ibunya dan berencana membuka kotak tersebut.
Sayangnya, ketika Anderai baru membuka kotak bagian pertama, ibunya datang dan memergokinya. Ibu Anderai marah bukan main, Anderai tidak pernah melihat ibunya semarah itu hingga membuatnya takut dan tak berani lagi membayangkan isi dalam kotak tersebut.
"Dengarkan, Nak, kehidupan ini tak selalu memberikan kita pilihan
terbaik. Terkadang yang tersisa hanya pilihan-pilihan berikutnya. Orang
yang bahagia selalu berpegangan pada pilihan kedua yang terbaik, selalu
berpegagan pada pilihan kedua yang terbaik...Melupakan pilihan pertama
yang tak pernah bisa kau capai...Meskipun, ayahmu dulu tak bisa
melakukannya...".
Anderai sangat mengingat perkataan ibunya dan berniat melupakan kotak itu selama-lamanya.
***
Beberapa tahun kemudian, ibu Anderai meninggal. Anderai sangat terpukul dan pergi meninggalkan pulau, pindah ke pulau lain. Anderai tidak pernah bahagia, karena dia selalu memilih pilihan kedua dalam hidupnya.
Sekolah, bekerja, bahkan menikah dengan pilihan keduanya. Ia menikah dengan seorang gadis pilihan keduanya bernama Sofia. Hal yang paling membuat Anderai bahagia hanya ketiga orang anaknya.
Dan tentang kotak itu, Anderai melupakannya sama sekali.
Suatu hari, waktu yang tak disangka tiba, seorang gadis misterius mengirimi Anderai kotak pandoranya.
Hal itu membuat Anderai kembali resah dan memutuskan membuka kotak tersebut. Kotak yang terus mengghantuinya selama hidup, Kotak yang membuatnya selalu memilih pilihan kedua dalam hidup.
Akhirnya, pagi itu, ketika tidak ada siapapun di kantor. ia menutup semua pintu dan memberanikan diri membuka kotak tersebut.
Kotak itu dibuka dan BOOOOMMMMM!!
***
Sebuah benda dikirimkan ke rumah Anderai keesokan harinya. Sofia yang sedang merawat anak bungsunya yang sakit menangis tersedu-sedu setelah mendapat kiriman tersebut.
Sementara anak yang lainnya terus bertanya "Kapan ayah pulang?"
Kepedihan pun menyelimuti Sofia. Suaranya hilang sebelum sampai di bibir dan air matanya pun terjatuh.
"Nak, apakah ada yang pernah berpikir hidup ini bukan soal pilihan? Karena jika hidup hanya sebatas soal pilihan, bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu?"
***
TAMAT
***
Nah hanya itu. Sepertinya kalian akan sama penasarannya denganku. Aku pun menceritakan ini berulang kepada teman-temanku.
Dan akhirnya terbongkarlah apa isi kotak itu, kami bertiga (aku dan dua orang teman) ketika itu menebak dan kami puas dengan jawaban itu.
Jadi asumsinya, kotak itu adalah kunci dari pertanyaan "kemana ayah Anderai pergi" dan "kemana Anderai Pergi" juga "Kenapa Ibu Anderai sebegitu melarang Anderai membuka kotak itu" dan "Kenapa Sofia sangat kalut mendapat paket anaeh itu?".
Isi kotak tersebut bisa jadi adalah "SURAT". Surat ayah Anderai berisi permintaan maaaf terhadap ibu Anderai karena pergi mengejar "pilihan pertamanya". Makanya, Ibu Anderai berkata tentang pilihan terbaik adalah pilihan kedua, agar Anderai tidak melakukan apa yang dilakukan ayahnya yang membuat ibunya menderita seumur hidupnya.
Lalu ketika anderai membuka kotak itu dan mengetahui isinya. Anderai langsung pergi menemui pilihan pertamanya, bisa jadi ini adalah kekasihnya yang membawa kotak itu juga.
Dan terjawablah sudah mengapa Sofia sangat sedih dan Anderai tidak kunjung pulang.
Lalu pada kalimat paling akhir;
"Nak, apakah ada yang pernah berpikir hidup ini bukan soal pilihan? Karena jika hidup hanya sebatas soal pilihan, bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu?"
"Nak, apakah ada yang pernah berpikir hidup ini bukan soal pilihan? Karena jika hidup hanya sebatas soal pilihan, bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu?"
Menurutku, hidup tetap soal pilihan. Apa lagi hal lain selain pilihan?.
Entahlah, siapapun dari kalian yang membaca ini mungkin ada sanggahan? Atau ada tapi tidak ingin menuliskannya? Terserah saja, itu pilihan.