Sunday 25 April 2021

Menikahlah! Karena Allah Mau Kita Bahagia :D

Disclaimer: Sudah jelas jika diantara kita bakal ada yang beda sudut pandang. Tapi perbedaan adalah anugerah. Jadi, mari saling melengkapi saja supaya tambah kaya wawasannya. 

Bismillahirrohmanirrohim. Mari kita mulai bab Pernikahan Elly Bagas pada blog ini :)

Menikah adalah salah satu ibadah yang ada pembuka tapi tidak ada penutupnya. 
- W.A (2019) - 

Allah tuh sayang banget sama manusia, makanya dilengkapi seluruh kebutuhannya, termasuk kebutuhan akan teman perjalanan menuju DIRI-NYA. 

Allah mau kita bahagia salah satunya lewat pernikahan, tapi kita-nya sadar gak? 

Beberapa dari kita sangat sensitif ditanyai perkara ini dan merasa terlalu diikut-campur-i privasinya.  Beberapa lainnya merasa perlu bertanya dan butuh menginggatkan. Jika saling menyadari ranah, peran, dan terutama waktu, harusnya pemaknaan terhadap 'hal' ini menuju arah dan tujuan yang baik. Kalo kata guruku, letakkan rasamu ke samping. Lihat pesannya, bukan hanya sebatas ekspresinya. Atau baiknya juga memperbaiki cara berkomunikasi kita, agar pesan pernikahan yang suci, tidak kehilangan maknanya. 

Karena konon kalau kita baper duluan, kita akan kehilangan kesempatan untuk tahu lebih banyak mengenai suatu hal. 

Pernah denger istilah Marriage Mapping? Istilah itu ada pada buku catatan saya, rangkuman dari apa yang dijelaskan oleh guru saya. Marriage Mapping membantu kita memahami perjalanan menuju sebuah pernikahan. Rute yang dipersiapkan membuat kita fokus pada perjalanan yang benar, alih-alih menunda karena urusan yang seolah-olah benar. Diawali dari taaruf (perkenalan) - khidbah (meminta) - akad (perjanjian) - walimah (pemberitahuan).

Pada tulisan kali ini, saya akan berbagi perjalanan saya menuju halal :D

1. Rumah Hijau, Tempat Bertemunya Elly dan Bagas

Rumah Hijau yang kami sayangi, menjadi salah satu tujuan pulang.

Kami adalah dua orang asing yang secara sadar pergi ke rumah hijau agar mendapat banyak aktivitas, yang utama adalah untuk menyelesaikan skripsi. Singkat cerita, akhirnya kami mendapatkan hal yang lebih dari itu. Semua yang kami alami di Rumah Hijau hingga saat ini masih menjadi topik favorit kami pada beberapa percakapan hangat. Mungkin karena yang diajarkan dan dipelajari adalah hal yang sesuai aturan, makanya sangat relevan.

Kami seorang peneliti sekaligus relawan di Rumah Hijau. Kami beraktivitas bersama setiap hari termasuk hari Minggu (kadang libur). Dalam konteks pertemanan, semua relawan adalah teman baik yang cukup memahami karakter satu dan yang lainnya. Sedangkan dalam konteks ketertarikan antar lawan jenis, bagi saya pribadi kala itu, tidak sampai hati memikirkannya. 

Namun, Yang Maha membolak-balikkan hati mau agar saya memikirkannya. 

Saya dan calon suami kala itu, akhirnya difasilitasi untuk ta'aruf. Rasanya canggung sekali, menginggat kami adalah teman yang saling blak-blakan dan konyol sebelumnya, lalu menjadi saling serius dan sopan dalam satu wadah spesifik, ta'aruf. Subehanallah, indahlah pokoknya. 

Mas Bagas adalah teman sebangku saya selama beberapa bulan, sebelum akhirnya menjadi teman sepanjang hidup saya, Insya Allah.


2. Khidbah, Bagas ke Rumah Elly

Bagas berangkat pagi sekali ke rumah Elly. Sarapan yang banyak dulu 
biar nggak nderedek, eh malah ngantuk.

Tahap selanjutnya setelah ta'aruf adalah khitbah. Makanya si calon suami ke rumah calon istri, bertemu orangtuanya, meminta. Calon suami datang sendiri, membuka jalan. Perihal tahapan, bisa dibaca sendiri pada berbagai sumber. Yang jelas pada prosesnya, kami harus memiliki keterampilan menyampaikan pesan, agar dipahami utuh oleh keluarga masing-masing. 

Tantangan dan drama "perjalanan menuju halal" tentu menyertai, Allah mau kita nggak lalai makanya ada kejutan-kejutan sepanjang perjalanan. Tahap ini (dan semua tahap sih), juga perihal bagaimana berkomunikasi sama Allah; bertanya, meminta, mengadu, memohon, dan apapun yang mau dicurahkan. Kalau kata pendamping kami, "Mintalah pada yang memiliki hati manusia". 

Pada tahap ini kami sadar, pernikahan yang direncanakan ini mewadahi keinginan banyak pihak. Keinginan kami, keluarga inti, keluarga besar, para sahabat, para tetangga, dan siapapun yang merasa ikut memiliki kepentingan. Tapi kami diingatkan bahwa yang lebih utama dari semua keinginan tersebut adalah tujuannya, harus karena Allah. Jika terlalu absurd, maka tinjaulah mana yang benar sesuai aturan. 


3.  Akad dan Walimah yang Diimpikan datang bersama Bala Bantuan

Salah satu foto yang saya maknai sebagai kemudahan 
yang Allah berikan pada proses pernikahan saya.

Menurut saya, yang memberatkan dari walimah adalah budaya pesta pernikahan yang berlebihan, tidak sesuai kantong. Tapi jelas itu bukan aturan dari Allah, karena Allah sudah mempermudah walimah dengan mencukupkan tamu yang hadir; manten, keluarga, dan tetangga. Tidak ada larangan juga kalau mau mengundang lebih banyak orang dan mengadakan pesta yang meriah, asal mampu, tidak memberatkan, sehingga tidak dijadikan alasan menunda pernikahan.

Kami memutuskan walimah dilaksanakan sesuai kemampuan kami. Meskipun tentu dari orangtua kami inginya dibuat lebih besar, karena masih ada dalam budaya tempat tinggal kami, anggapan bahwa pesta yang 'pantas' itu tanda 'sayang anak'. Pantas tentu saja sangat luas maknanya dalam konteks ini. Sehingga kami mengkrucutkan makna 'pantas' sebagai upaya menjamu para tamu dengan jamuan terbaik yang kami punya.

Tidak disangka, kami ternyata punya lebih banyak dari apa yang kami pikirkan. Sebelum hari-H, Allah mendatangkan bala bantuan. Mereka melaksanakan tugas sesuai bidang dan perannya, dengan sukarela. Melalui bala bantuan tersebut, walimah yang kami impikan diwujudkan.

Walimah di halaman rumah yang dihadiri oleh orang-orang terdekat (keluarga, tetangga, dan para sahabat). Walimah yang mengkondisikan manten dapat berjalan-jalan menghampiri para tamu dan mengobrol. Walimah yang sangat kami syukuri. 
                                        
Para tamu menyesuaikan diri dengan duduk di kursi maupun lesehan.

Acara walimah hanya sampai Zuhur dan kami tidak menutup jalan. 

NB: Perihal bala bantuan, mereka layak mendapat cerita terpisah. Semoga Allah memudahkan. 

Bagi pembaca, terima kasih sudah menyimak, semoga mendapatkan manfaat :)

Alhamdulillah...
 























Share: