Saturday, 4 November 2017

Kumbang dan Babi Tuli


Kumbang, gadis 20 tahun yg diberi nama asal-asalan oleh orangtuanya dengan dalih
"Aku tak mau memberatkan arti nama bagi bayiku, terserah sajalah jika nama adalah doa, karena aku tak tau cara berdoa hingga setua ini. Dia perempuan dan namanya Kumbang. lalu?." 

Kumbang juga tak pernah mempermasalahkan namanya karena sedari awal ibunya sudah memutus segala obrolan mengenai nama. Menurut ibunya, tak perlulah kita menjelaskan panjang lebar menganai suatu  hal yang sulit diterima masyarakat kolot, cukup beberapa kalimat yang ingin mereka dengar saja dan masalah beres. Sisanya mungkin hanya cacian atau rasan-rasan beberapa minggu lalu kau dilupakan, jadi tidak usah buang-buang waktu dan tenaga.

 "Kau perempuan dan kunamai Kumbang. Agar bingung orang-orang.”

***

Kumbang baru-baru ini dikeluarkan secara paksa dari rumah nyaman berbentuk hati seukuran Gelora Bung Karno. Orangtuanya  tidak mau ia nyaman dan terlena di satu tempat.

“Keluarlah, agar kau tau dunia.”

Berbekal sebuah mirrorless, kumbang dilepaskan di hamparan sawah tanpa sekat.
Awalnya dia berpikir rumahnya adalah hal paling besar, ternyata ada sesuatu yg lebih besar daripada itu. Semua mata melihat pada kumbang, mulut-mulut penuh asumsi berbicara sana sini, tak berani klarifikasi, hanya justifikasi. Kumbang acuh sama sekali.

Kumbang adalah orang paling datar dan tak berperasaan, karena setelah pengusiran paksa itu, Kumbang mengambil jantungnya dan di pecah menjadi tujuh dalam Horcrux yang dibuat dengan kematian. Kumbang merasa mengetahui banyak hal tapi nyatanya ia tak pernah tau  tujuan. Dia tak bernyawa dan kesepian. Kematiannya, ia serahkan pada orang lain yang dapat menghancurkan ketujuh Horcrux-nya. Orang itu adalah hal yang paling tidak diketahui Kumbang.

***

Suatu siang, di sebuah warung tahu lontong, Kumbang bertemu dengan Babi Tuli.
Lalu mereka bercakap-cakap, Babi memulai. Sebelumnya, ini adalah kesempatan langkah bagi si Babi karena dapat berbicara dengan Kumbang, maka si Babi Tuli menyodorkan es teh kelapa untuk Kumbang sebagai salam perkenalan.

"Hallo Mbang, Kumbang". Seperti biasa, Kumbang acuh, tetap fokus pada makananya.

"Aku Babi, Mbang. Lengkapnya, Babi Tuli". Si Babi mendekat, sangat dekat dengan telinga Kumbang. Kumbang begidik geli dan tersedak.
  "Uhuukk."

Si Babi cepat-cepat memberi Kumbang minum. Setelah melihat Kumbang membaik, Babi langsung memulai obrolan. Babi menarik tangan Kumbang, menatap matanya dalam-dalam dan  kejadian ini cukup membuat Kumbang jijik serta begidik.

"Mbang, tatap aku. Aku serius pengen bicara sama kamu. Aku butuh kamu yang terkenal dimana-mana ini untuk memberiku nasihat. Aku nggak pernah dengerin orang ngomong, tapi buat kamu, aku buka kedua telingaku lebar-lebar". Kumbang menimbang, sementara muka Babi semakin menjijikan.

"Aku dapet apa?." Kumbang tidak mau membuang waktu cuma-cuma, ia harus mendapat sesuatu.

"Dapet info orang yang kamu cari". Jawab Babi dengan bangga.

"Aku nggak nyari siapa-siapa." Tegas Kumbang, datar.

"Kamu nyari penghancur Horcrux-mu."

Kumbang terdiam, berpikir, apa iya? Tetapi terlepas dari iya tidaknya, penawaran si Babi cukup menggiurkan.

"Setuju, Bi. Jadi, mau bahas apa?."

"Cinta, Mbang."

Sial!. Kumbang memaki dalam hati. Cinta, adalah bahasan paling tidak disukai Kumbang.

            "Kenapa harus cinta? Kenapa dengan cinta?."

            "Karena itu yang semua orang dan aku pengen tau dari kamu, Mbang. Kamu tak berjiwa apa masih merasakan cinta. Lagian cinta itu pembahasan yang penting nggak sih Mbang?"

Kumbang menghela napas singkat, dan mengangkat pundak seolah berkata entah.

"Oke Mbang, intinya cinta menurutmu apa?"

"Cinta ya sesuatu yang kamu rasa pas jatuh cinta."

"Rasa seneng, rasa deg-degan pas ketemu dia, rasa nggak mau kehilangan, rasa bahwa dia satu-satunya, gitu?."

"Rasa apapun Bi, terserah pokoknya pas kamu jatuh cinta, ya itu cinta."

"Tapi apa yang aku rasain ke pacar pertama aku sama pacar kedua aku kok beda ya, kayanya aku salah deh nganggep bahwa itu cinta ke pacar pertama, kayanya aku cintanya ke pacar kedua."

"Hell, terserah deh Bi."

"Loh jangan gitu Mbang, jadi gimana? itu yang aku rasa ke pacar pertamaku bukan cinta kan?."

"Dulu sempet bahagia nggak sama pacar pertama?."

"Iya."

"Yaudah itu cinta. Cinta tuh absurd Bi, karena punya banyak bentuk, punya banyak makna dan tiap orang beda. Gabisa juga kamu bilang ini cinta lalu setelahnya bilang ini bukan cinta karena persepsimu tentang cinta berubah. Pada saat itu, yang kamu rasa ya cinta, setelahnya gausa diperdebatin lagi atau di ralat semacam aku salah, ternyata itu bukan cinta. Kenapa harus terkotak-kotak, terhalang definisi, terhalang makna?.” Babi sedikit tercengang, Kumbang tidak lagi datar, emosinya sedikit meluap.

"Sori, Bi." Kumbang kembali datar dan meminum esnya.

"Gapapa, Mbang. Minum aja dulu hehehe."

"Bi, Makna semakin bias, manusia suka memaknai semuanya sesuai idealnya dia, susuai pencapaiannya. Itu wajar. Dan soal cinta, nggak ada yang namanya titik kepuasan kecuali ketidakpuasan itu sendiri. Itu berlaku juga buat cinta sejati yang nggak berujung sampai kamu menyerah dan ikhlas."

Setelah itu, terjadi keheningan singkat, Babi Tuli dapat menerima pendapat Kumbang tanpa elakan. Babi setuju sepenuhnya. Bahwa tak adil menyebutnya "bukan cinta, salah orang" setelah lama berbahagia dengannya dan menemukan sosok yang baru, atau sosok lain yang diidamkan. Yang harus dilakukan adalah menerimanya, ikhlas.
           
"Thanks ya, Mbang."

"Ya."

"Seseorang yang kamu cari itu, tinggal pada dunia buku yang ia baca."

"Itu dimana?."

"Tidak ada yang tau, dia selalu berpindah ketika bacaannya ganti."

“Berarti semua orang juga tinggal di buku bacaannya dong Bi.” Jawab kumbang kesal.

“Beda Mbang, dia bukan orang-orang kebanyakan. Dia sang Alkemis.”

“Alkemis? Gimana kita bisa tau kalo dia alkemis?.”

“Alkemis cuma ada sedikit banget di dunia, Mbang.”

“Aku harus mulai darimana nyarinya?.”
“Dari tempat yang harapannya hampir punah dan orang-orangnya putus asa.”

Kumbang menerawang jauh. Sesuatu dalam dirinya terasa aneh, sangat hidup. Kumbang akhirnya menemukan sebuah tujuan. Dia harus mencari sang alkemis dan mati ditangannya.


***
Share:

0 komentar:

Post a Comment