Friday, 3 September 2021

Melestarikan Air Dimulai dari Mana?

Games 8: Tantangan Melestarikan Air

    Seperti ceklist pada poster di atas, Saya sudah mengerjakan beberapa hal yang tetap akan Saya apresiasi meski masih jauh ketinggalan jika dibanding-bandingkan. Ini cara Saya untuk menghargai proses belajar Saya. Semoga bukan pembenaran atas ketertinggalan, tapi sebuah evaluasi agar lebih giat belajar.
    Games 8 kali ini selain mengharuskan peserta memberi cekilst pada aktivitas melestarikan air, juga meminta peserta menceritakan pengalaman atas ceklist yang dibuat. Akan lebih baik jika peserta menyertakan foto atau video untuk menceritakan pengalaman tersebut. 

    Sebelumnya, Saya mencari tau apakah upaya ceklist di atas dapat berdampak pada pelestarian air? Mengapa air perlu dilestarikan padahal jumlahnya banyak sekali, tidak akan pernah habis, dan bisa terus didaur ulang? Ternyata yang perlu digaribawahi adalah, air memang melimpah, tapi kuantitas air yang berkualitas sangat sedikit. Dan hal kecil yang dilakukan di atas, secara tidak langsung memberikan dampak atau sumbangan bagi ketesediaan dan keberlanjutan air yang berkualitas.

    Berikut adalah cerita dibalik ceklist yang Saya buat:

    1. Habiskan Makanan, Biar Makanannya Nggak Nangis


https://me.me/i/piring-kotor-piring-kotor-sisa-uduk-sisa-gado-gado-nasi-piring-7521457

    Alhamdulillah piring makan Saya diwakilkan oleh "Sisa Indomie Goreng" :D Seingat Saya, ajaran untuk mengambil porsi makan secukupnya dan wajib menghabiskannya sudah tertanam sejak dini. Orangtua dan lingkungan mengajarkan perihal food waste  melalui cerita menyedihkan seperti "Saaken segone engkok nangis" (Kasihan nasinya kalo nggak habis nanti dia nangis) atau "Njupuk e titik ae engkok gak entek, angor emboh" (Ambil nasinya dikit dulu, takutnya nggak habis, mending nambah lagi nanti kalo kurang). 
    
    Cara tersebut sangat efektif hingga beberapa generasi berikutnya. Pendekatan empati pada nasi dan lauk pauk yang penuh pengorbanan, dengan bahasa sederhana yang menyentuh. Ajaran itu tertanam hingga Saya dewasa kini. Namun, untuk beberapa kondisi, sakit misalnya, Saya juga pernah membuat nasi dan bubur menangis karena tak dihabiskan. Namun Ibu bilang "Gakpopo, daripada dzolim ke diri sendiri. Nanti sisa makanannya jadi rezekinya para hewan." I do love local wisdom yang sesuai konteks :')
    
    Sebagai referensi, kenapa kalian harus bijak dalam mengatur isi piring kalian, bisa baca perihal food lose & food waste. Atau bisa menonton video pendek dari Vox perihal Food Waste in the World's Dumbest Probem.

 Food and Agriculture of the United Nations

    Oke, perihal hal kecil yang dianggap remeh seperti menghabiskan makanan, dampaknya akan sangat besar. Bukan hanya untuk kelestarian air, melainkan juga alam dan nyawa manusia. Start small things. Small things matter.

2. Hindari Mandi Berlama-Lama 
    
    
https://unsplash.com/photos/EyVr5Goz1Ic

    Poin mematikan keran air saat gosok gigi akan saya bahas juga dalam poin ini, karena masih similiar. Sering kita jumpai poster-poster peringatan di kamar mandi umum perihal 'matikan keran' atau teguran karena 'terlalu lama di kamar mandi'. Sekilas hal tersebut seperti bagian dari norma sosial masyarakat kita. Tapi lebih jauh, itu adalah bentuk menjaga milik bersama, dalam konteks ini air.
    
    Saya pernah tinggal di pesantren untuk beberapa waktu, sehingga terlatih untuk tidak berlama-lama di kamar mandi dan saling mengingatkan perihal keran air. Saya belum pernah merasakan kekurangan air hingga kritis. Palingan cuma air mati dalam beberapa jam dan tidak bisa mencuci, sedangkan untuk buang hajat dan mandi masih menckupi. Sehingga Saya tak pernah harus merasa kawatir berlebih pada permasalahan air. 

 

"Ke-tidak-khawatiran Saya terhadap air adalah kekhawatiran Saya saat ini." 


    Meskipun Saya merasa sudah menghemat air dalam beragam aktivitas, mungkin hal tersebut masih kurang dibandingkan orang-orang pada daerah sulit air. Terbukti dari tak acuhnya Saya pada air hujan yang tak tertampung dan air cucian yang terbuang sia-sia.

3. Mengolah Sampah Organik/Sisa Konsumsi Secara Mandiri
    
    Alhamdulillah secara perlahan, Saya akhirnya mengolah sampah organik sendiri dengan dukungan suami. Ceritanya bisa dibaca pada games 5. Pada poin ini yang ingin Saya tekankan adalah dampak tidak langsung dari proses mengolah sampah organik terhadap pelestarian air. Ternyata hubungannya adalah pada sumbangsih sampah (yang tak terolah) pada pemanasan global yang menyebabkan kualitas air menurun. Ketika kemarau, sungai kering. Ketika hujan, banjir. 

Sisa konsumsi organik saya kompos.

 Gas metan yang dihasilkan oleh sampah organik tak terolah adalah penyebab utama. Dan hal tersebut bisa dicegah dari rumah. Langkahnya mudah saja, jika mau dan peduli. 


Jika sedang rajin, sisa nasi saya buat karak.


 4. Menggurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai

    

Ini adalah kresek-kresek yang terkumpul di rumah Saya. Lebih banyak dari ini sebenarnya.

Saya mulai peduli dan mencucinya. Kemudian sebisa mungkin dimanfaatkan dan tidak menambah jumlahnya lagi.
    
Hingga akhirnya berusaha istiqomah dengan membawa tote bag dan wadah sendiri.

Meskipun kadang berakhir maksa, tapi masih berusaha terbiasa, semoga istiqomah.


Jadi, melestarikan air di mulai dari mana? Dari kesadaran diri, dari hal kecil yang terus dilakukan, kemudian didukung orang tersayang dan sekitar. Semoga bermanfaat :D


#games8bzw #belajarzerowaste #kelasbelajarzerowaste2021 #kelasbzw2021 #bzwbatch9 

Share:

0 komentar:

Post a Comment