Friday, 18 May 2018

Amarah di hari kedua

Namanya, Amarah.

Dilahirkan pada kondisi paling aman disebuah kardus apel Washington, atau kadang dipindahkan di kardus Jeruk Mandarin jika sudah mulai basah terkena ompol atau air tajin.

Dibuatkan hiasan dan gambar-gambar dalam kardus, diputarkan musik klasik yang membuat orang-orang melihat heran, namun juga tenang. Bayi itu menikmati tempat yang dianggap tak layak. Bayi itu menangis dengan normal, tertawa dengan normal, makan dan ngompolpun dengan normal dalam kondisi yang tidak dianggap normal bagi banyak orang yang masuk golongan normal.

Konon, Amarah adalah anak negara yang dipelihara. Namun, negara ternyata punya lebih banyak anak daripada hanya satu Amarah, sehingga dengan mandiri si bayi Amarah memilih dirawat oleh alam.

Keputusan si bayi Amarah dianggap sebagai keputusan yang memiliki prospek masa depan yang menjanjikan. Alam bersifat membebaskan namun juga mengajari. Alam adalah ibu sekaligus ayah atau bisa menjadi apapun yang dibutuhkan Amarah termasuk anjing yang menjaga Amarah saat malam dan menjilatinya saat menangis.

Suatu hari yang cerah, Negara menjadi bahan omongan masyarakat seantereo kota. Negara merasa harga dirinya hilang sama sekali hanya karena seorang bayi bernama Amarah yang bahkan ia tak mengingat pernah melahirkan bahkan harus bertanggungjawab atasnya.

Pada menit yang tidak berselang jauh, Negara mendatangi kotak buah yang terkenal itu, yang berisi bayi bahagia asuhan alam. Negara menutup kardus tersebut dan membawanya pergi. Lalu dihanyutkan di laut, didoakan agar binasa dimakan hiu.

Satu hal, Negara benar-benar tidak tau, bahwa alam termasuk laut, dan hiu adalah orangtua asuh Amarah.

18 Mei 2018 dibuat dengan sebuah harapan.
#Day2
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
Share:

0 komentar:

Post a Comment